Umar ibn
Al-Khotob sebelum masuk Islam ia gemar minum-minuman keras. Bersikap keras dan
kasar terhadap kaum muslimin, terutama kepada kaumnya sendiri, Bani Ady, ia tak
ingin kaumnya tercemar oleh ajaran baru yang dibawa oleh Muhammad Saw. Suatu
saat Umar mendapat berita bahwa ada upaya dari tokoh-tokoh kafir Qurays untuk
membunuh Nabi. Berita itu amat membesarkan hatinya. Akan tetapi, segera tersiar
kabar kegagalan upaya itu. Uqbah ibn Abi Mu`ith yang mencoba membunuh Nabi Saw.
Dengan cara mencekiknya, digagalkan oleh Abu Bakar. Abu Jahal yang mencoba
untuk membunuh Nabi Saw. Dengan menimpakan batu besar pada saat beliau sedang
salat juga gagal. Umar merasa hanya dirinyalah yang mampu menghabisi nyawa
Muhammad Saw. Disambarnya pedang yang tergantung di tempat penyimpanannya dan
dengan marah, Umar keluar rumah mencari Muhammad Saw.
Di tengah
perjalanan Umar bertemu dengan temannya, Nu`aim ibn Abdullah. Nu`aim
menegur,”Hendak kemana kamu, wahai Umar?”, Umar menjawab,”Aku akan membunuh
Muhammad!” Nu’aim terkejut dan cemas, lalu mengajukan pertanyaan yang dapat
mengalihkan niat Umar tersebut:”Kamu ingin membunuh Muhammad atau memadamkan
ajarannya? Kalau kamu ingin membunuh Muhammad, ingat pembalasan Bani Hasyim.
Kalau kamu mau memadamkan ajaran Muhammad, kamu bereskan dulu keluargamu!” Umar
bertanya,”Kenapa dengan keluargaku?” Nu’aim menjawab,”Ya keluargamu, adikmu
Fatimah dan iparmu Said ibn Zaid telah mengikuti ajaran Muhammad!”. Umar sangat
marah mendengar berita tersebut. Dialihkan langkahnya menuju rumah Fatimah.
Ketika mendekati rumah Fatimah, dari dalam terdengar seseorang membaca
Al-Qur’an. Umar menyangka seseorang sedang membaca syair. Di rumah itu ada
Khabbab ibn Arts sedang mengajarkan Al-Qur’an kepada Said dan Fatimah. Mendengar
suara langkah, Khabbab bersembunyi, sedangkan Said dan Fatimah menyembunyikan
lembaran Al-Qur’an yang baru saja dibacanya. Tatkala Umar masuk rumah, suasana
rumah menjadi mencekam. Umar pun langsung bertanya,”Syair apa yang baru aku
dengar tadi? Aku sudah mendengar kalian sudah mengikuti ajaran Muhammad!” Umar
pun lalu menyergap Said, Iparnya. Fatimah secepat kilat menghadang kakaknya
sehingga terkena tamparan Umar. Bercucuranlah darah dari muka Fatimah. Fatimah
tetap tegar dan menatap muka kakaknya seraya mengatakan,”Benar kami sudah masuk
Islam, sudah beriman kepada Allah dan Muhammad utusan Allah. Sekarang perbuat
sesuka hatimu kepada kami!”
Melihat
keteguhan hati dan menyaksikan darah di muka adiknya itu, Umar lemah dan
suaranya menjadi rendah,”Tolong berikan lembaran syair yang telah kalian baca
tadi agar aku dapat mempertimbangkan yang telah diajarkan Muhammad kepadamu!”.
Fatimah memberikan lembaran Al-qur’an kepada Umar, lalu membacanya dalam hati.
Ayai yang dibaca itu adalah surat Thaha ayat 1-8. Ia sangat mengagumi, baik isi
maupun susunan redaksi bahasanya. Gumamnya,”Sungguh indah dan mulia yang kalian
pelajari ini!” Mendengar ucapan Umar tersebut, Khabbab keluar sambil berkata, “Demi
Allah, semoga Allah memenuhi doa Rasulullah yang pernah kudengar, yaitu,”Ya
Allah, kuatkanlah Islam dengan salah seorang dua Umar!” Dimaksud dengan dua
Umar adalah, pertama Umar ibn Al-Khottob, dan kedua `Amr ibn Hisyam (nama asli
dari Abu Jahal). Khabbab berseru kepada Umar Ibn Al-Khottob,”Bergegaslah wahai
Umar!”Umar menyahut,”Wahai Khabbab, dimanakah Rasulullah kini berada? Aku akan
menyatakan keislamanku dihadapan beliau.”Umar ibn Al-Khottob yang semula
berniat membunuh Nabi Muhammad Saw. Ternyata berbalik menjadi pengikut dan
pembelanya yang sangat berpengaruh. Umar masuk Islam di hadapan Rasulullah di
rumah Arqam ibn Abi Arqam setelah mengetahui nilai sastra dan keindahan
redaksional Al-Qur`an.
tag;
Umar ibn Khattab masuk islam, Dua Umar adalah, Fatimah belajar Al-Qur'an, Sastra Al-Qur'an, tombo ati,
Baca juga artikel terbaru saya;
1. kelebihan bisnis online clik here
2. 4 pilar solusi pendidikan clik here
Tidak ada komentar:
Posting Komentar