Tashawuf adab. Seseorang yang
tergerak untuk mencapai Pengetahuan adalah mutashawwif. Seseorang yang
tersucikan, yang telah menempuh jalan spiritual dari diri rendah ke diri Tinggi
disebut seorang sufi. Tashawwuf adalah pengetahuan yang membawa sang penempuh
(salik) mendaki pengetahuan tanpa akhir tentang Allah. Nabi Muhammad
al-Musthafa adalah perantara (wasilah) yang melalui beliaulah para pengikutnya,
pecinta, dan hamba mencapai Allah Yang Maha Tinggi.
Dalam upaya memberbaiki akhlaq baik
kepada Allah dan sesama manusia, ada sekelompok Sahabat tersebut tinggal di
samping masjid dekat kediaman Nabi Muhammad Saw. Mereka mengisi waktu dengan
banyak beribadah, mengurangi makan dan tidur. Para sahabat menyebut mereka
sebagai ahlush-shuffah (orang-orang yang rajin membersihkan diri). Barangkali
merekalah yang mula-mula disebut sebagai sufi atau orang yang mengikuti metode
tasawuf. Sehingga, apabila didasarkan dari sejarah ini maka sebenarnya tasawuf
itu sudah ada semenjak zaman Nabi Muhammad Saw. Sekali lagi, tasawuf bukan
agama, sekte, atau madzhab tetapi sebuah metode atau jalan ruhani untuk
membersihkan diri. Sejak Nabi Muhammad Saw masih hidup, sebagian orang sudah
ada yang tidak suka pada perilaku para sufi. Bagi mereka, sufi-sufi tersebut
telah bertindak melampai batas dalam
beribadah, sampai-sampai kurang giat dalam bekerja mencari nafkah.
Ya esensi ilmu tashawuf adalah adab
atau etika. Islam menganjurkan agar kita berakhlaq positif dengan mencontoh
perilaku Nabi Saw, karena dalam diri beliau terdapat suri teladan yang baik
(Saya mempersilahkan anda membuka dan menelaah Al-Qur’an suroh Al-Qolam ayat 4
dan Al-Akhzab ayat 21. Dalam konflik, Islam menempuh tindakan preventif dengan
cara menghadapi perbuatan buruk dengan perbuatan baik sedemikian hingga
permusuhan dapat berubah menjadi persahabatan (Q.S. Sajadah: 34; dan Q.S.
Al-mu`minun: 96).
Sekarang ini, ketika mendengar
istilah tasawuf seseorang akan terbesit orang yang berpakaian lusuh, hidup
sederhana dan tak mau bekerja, hanya berpakaian saja kerjanya. Saking banyaknya
ibadah yang dia lakukan sampai-sampai orang mengatakan dia telah melakukan
bid’ah. Atau kita membayangkan seorang sufi adalah orang aneh dan kontroversi
dalam bersikap namun dia memiliki karomah atau keajaiban. Misalnya, seseorang
(yang dianggap) kiai, berpenampilan gondrong dan urakan, keluar masuk diskotik
atau rumah bordil, bergaul akrab dengan para preman. Alasannya dia berdakwah di
tempat yang dijauhi kaum agamis. Dia masuk dunia hitam dengan tanpa terkena
pengaruh negative darinya. Bahkan dia juga ikut minuk tuak, berhubungan dengan
pelacur, atau berjudi sekalian. Namun katanya, itu hanyalah penampakan luarnya
saja. Dalam hatinya dia tetap berdzikir. Allah yang tahu kebenarannya.
Islam
menekankan aspek horizontal dan vertical, dimana Islam mengajarkan keseimbangan. Orang boleh saja
ngebleng di Masjid misalnya, namun tetap jangan meninggalkan kewajiban kepada
istri. Kalau kita mau menelaah Al-Qur’an, kita akan menemukan sedikit ayat yang
hanya berbicara peribadatan mahdoh, selebihnya adalah ayat yang berhubungan
dengan muamalah.
Ketika
tadi saya menyampaikan betapa tasawuf merupakan etika, baik kepada sesama
manusia maupun kepada Allah, sebenarnya itu sudah tidak perlu saya perpanjang,
sebab ya memang itu tasawuf. Kenapa harus memakai istilah tasawuf, sebab Ia
berasal dari kata shofia atau mensucikan, mengingat bahwa mereka selalu
diliputi upaya penyucian diri dengan perilaku terpuji, tawadlu` (merendahkan
diri), tawakal (berserah diri), Zuhud (hidup sederhana), dan lain-lain.
TAGGED
TASAWUF ADALAH, SHUFI ADALAH, ISTILAH TASAWUF, BAGAIMANA CARA BERETIKA, ZUHUD, TAWAKAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar