Minggu, 12 April 2015

MENGENAL TASAWUF

 Tashawuf adab. Seseorang yang tergerak untuk mencapai Pengetahuan adalah mutashawwif. Seseorang yang tersucikan, yang telah menempuh jalan spiritual dari diri rendah ke diri Tinggi disebut seorang sufi. Tashawwuf adalah pengetahuan yang membawa sang penempuh (salik) mendaki pengetahuan tanpa akhir tentang Allah. Nabi Muhammad al-Musthafa adalah perantara (wasilah) yang melalui beliaulah para pengikutnya, pecinta, dan hamba mencapai Allah Yang Maha Tinggi.

 

Dalam upaya memberbaiki akhlaq baik kepada Allah dan sesama manusia, ada sekelompok Sahabat tersebut tinggal di samping masjid dekat kediaman Nabi Muhammad Saw. Mereka mengisi waktu dengan banyak beribadah, mengurangi makan dan tidur. Para sahabat menyebut mereka sebagai ahlush-shuffah (orang-orang yang rajin membersihkan diri). Barangkali merekalah yang mula-mula disebut sebagai sufi atau orang yang mengikuti metode tasawuf. Sehingga, apabila didasarkan dari sejarah ini maka sebenarnya tasawuf itu sudah ada semenjak zaman Nabi Muhammad Saw. Sekali lagi, tasawuf bukan agama, sekte, atau madzhab tetapi sebuah metode atau jalan ruhani untuk membersihkan diri. Sejak Nabi Muhammad Saw masih hidup, sebagian orang sudah ada yang tidak suka pada perilaku para sufi. Bagi mereka, sufi-sufi tersebut telah  bertindak melampai batas dalam beribadah, sampai-sampai kurang giat dalam bekerja mencari nafkah.

 

Ya esensi ilmu tashawuf adalah adab atau etika. Islam menganjurkan agar kita berakhlaq positif dengan mencontoh perilaku Nabi Saw, karena dalam diri beliau terdapat suri teladan yang baik (Saya mempersilahkan anda membuka dan menelaah Al-Qur’an suroh Al-Qolam ayat 4 dan Al-Akhzab ayat 21. Dalam konflik, Islam menempuh tindakan preventif dengan cara menghadapi perbuatan buruk dengan perbuatan baik sedemikian hingga permusuhan dapat berubah menjadi persahabatan (Q.S. Sajadah: 34; dan Q.S. Al-mu`minun: 96).

 

Sekarang ini, ketika mendengar istilah tasawuf seseorang akan terbesit orang yang berpakaian lusuh, hidup sederhana dan tak mau bekerja, hanya berpakaian saja kerjanya. Saking banyaknya ibadah yang dia lakukan sampai-sampai orang mengatakan dia telah melakukan bid’ah. Atau kita membayangkan seorang sufi adalah orang aneh dan kontroversi dalam bersikap namun dia memiliki karomah atau keajaiban. Misalnya, seseorang (yang dianggap) kiai, berpenampilan gondrong dan urakan, keluar masuk diskotik atau rumah bordil, bergaul akrab dengan para preman. Alasannya dia berdakwah di tempat yang dijauhi kaum agamis. Dia masuk dunia hitam dengan tanpa terkena pengaruh negative darinya. Bahkan dia juga ikut minuk tuak, berhubungan dengan pelacur, atau berjudi sekalian. Namun katanya, itu hanyalah penampakan luarnya saja. Dalam hatinya dia tetap berdzikir. Allah yang tahu kebenarannya.

 

Islam menekankan aspek horizontal dan vertical, dimana Islam  mengajarkan keseimbangan. Orang boleh saja ngebleng di Masjid misalnya, namun tetap jangan meninggalkan kewajiban kepada istri. Kalau kita mau menelaah Al-Qur’an, kita akan menemukan sedikit ayat yang hanya berbicara peribadatan mahdoh, selebihnya adalah ayat yang berhubungan dengan muamalah.

 

Ketika tadi saya menyampaikan betapa tasawuf merupakan etika, baik kepada sesama manusia maupun kepada Allah, sebenarnya itu sudah tidak perlu saya perpanjang, sebab ya memang itu tasawuf. Kenapa harus memakai istilah tasawuf, sebab Ia berasal dari kata shofia atau mensucikan, mengingat bahwa mereka selalu diliputi upaya penyucian diri dengan perilaku terpuji, tawadlu` (merendahkan diri), tawakal (berserah diri), Zuhud (hidup sederhana), dan lain-lain.

 

 TAGGED

TASAWUF ADALAH, SHUFI ADALAH, ISTILAH TASAWUF, BAGAIMANA CARA BERETIKA, ZUHUD, TAWAKAL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar