Rabu, 01 April 2015

Wisata religi

Hari-hari bulan maret seakan tiada henti-hentinya hujan mengguyur daerah kami. Masyarakat daerah kami yang mayoritas petani sibuk hari-harinya dengan bertanam padi. Mulai dari menyebar benih, lantas mencabut bibit yang kurang lebih berumur 22 hari dan tandur atau menanam. Ya, aktivitas petani tiada henti-hentinya. Apalai serangan hama; keong, tikus, wereng dll, menyebabkan kerja harus ekstra pikiran dan tenaga.

Saya berpendapat, manusia akan lalai terhadap kehidupan akhirat. Selama manusia hanya memikirkan kehidupan dunia yang hanya sementara ini. Dalam sebuah hadits yang dituturkan oleh Abi Huroiroh, semoga Allah Swt meridhoinya, mengatakan bahwa Rosululloh Saw bersabda,’Perbanyaklah menyebut pelebur kenikmaatan, yaitu: mati.” Riwayat Tirmidzi dan Nasa’i, dan dinilai shohih oleh Ibnu Hibban (Bulughul Maram). Wasiat Sang Nabi diatas tentu melihat kondisi manusia yang mudah lalai terhadap kehidupan akhirat. Lepas dari rukun Islam yang tentu memang harus dikerjakan dengan baik, maka mengingat mati adalah suatu amal yang bisa lebih mmenguatkan iman seorang muslim. Betapa manusia cepat ataupun lambat pasti akan kembali kepada Allah. Kehidupan sementara ini hanyalah sebagai ujian yang diselengarakan oleh Allah Swt (QS. Al-Anbiya’ [21]: 35).

Bagi masyarakat jawa adaa suatu traadisi yang biasanya dilakukan ketika menjelang puasa atau hari raya, yakni mmengunjungi kuburan. Entah semenjak animisme, dinamisme ataupun sejak masuknya Hindu dan Budha ke masyarakat jawa. Dalam agama Islam praktek ziarah kubur juga ada, namun niat dan tata caranya sangat pasti berbeda. Sekali lagi, niat dan amalnya beda.

Dulu sewaktu saya masih kecil pernah ikut-ikutan ‘selametan’ orang-orang di kampung saya ke kuburan orang yang dianggap ‘linuwih’ waktu dulu masih hidup. Mbah Buyut, begitulah orang-orang kampung kami menyebut. Seingat saya orang-orang itu datang membawa tumpeng. Kemudian dalam persembahan itu ada seremony meminta kepada si Mbah Buyut itu, supaya cita-cita ataaupun musibahnya bisa tercapai atau keluar dari kesulitan yang menimpa. Praktek ziarah kubur yang seperti inilah ssebenarnya yang bukan diajarkan dalam Islam.

Islam adalah sebuah agama yang antti kemusyrikan. Dimana Islam hanya mengajarkan,””Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”,,”Hanya kepada Engkaulah kami mmenyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”(Qs. L-Fatihah [1] : 5). Dalam Islam, seseorang datang ke kuburaan bukan untuk meminta, melainkan untuk mendoa’akan sesama umat islam. Sebab mendo’akan sesama mu’min dan mu’minat adalah juga sebuah perintah langsung dari Allah Swt (Qs. Muhammad [47]: 19).

Sejarahpun meceritakan, betapa Nabi suatu hari berjalan melewati dua kuburan yang penghuninya sedang disiksa, lalu beliau bersabda: “keduanya sungguh sedang dissiksa, dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing sedang yang satunya lagi karena tidak bersuci setelah kencing sedang yang satunya lagi karena selalu mengadu domba”. Kemudian beliau  mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah daunnya lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkanya pada masing-masing kuburan tersebut. Mereka bertanya:”kenapa anda melakukan ini?’. Nabi Saw menjawab : ”semoga diringankan (siksaanya) selama batang pohon ini basah” (Shohih Bukhori).

Para ahli pikir yang konsen terhadap ilmu-ilmu Islam dan mengamalkanya, yakni ulama’ sebagian ada yang pro dan kontra. Yang kontra berpendapat, bahwa ziarah kubur sangat rawan terhadap kemusyrikan. Yaitu, mmenyembah kepada selain Allah.”wa maa umiruu illa liyya’budu llahha muhlisina lahu al-dinna hunafaa’a”,”Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali unttuk menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama (Islam) dengan lurus”(QS. Al-Baqoroh [98] :5)

Maka kita setelah merenungi ayat 5 dari shuroh Al-Bayyinah tadi, memperbaiki niat adalah sangat prioritas. Pertama, niat memperbanyak ingat mati sebagaimana hadits yag telah saya tuliskan diatas. Kedua, niat mmendo’akan sesama mu’min (QS. 47:190. Ketiga, niat berjalan-jalan dimuka bumi sembari merenungkan bagaimana kesudahan orang-orang terdahulu (QS. AL-RUM [30]: 42).

tag:

hukum ziaroh kubur, dalil ziaroh kubur, ziaroh kubur dalam Islam, cerita didesaku, animismre , dinamisme, hindu, budha,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar