Minggu, 12 April 2015

MENGINTIP LELAKU KAUM SHUFI

Sebelum membaca kebawah, alangkah jaduknya anda berkenalan dengan tasawuf. Jika sudah berkenalan saya persilahkan membaca lelaku kaum shufi ini;

Taubat. Tobat yang dimaksudkan seorang shufi adalah tobat yang sebenar-benarnya, tobat yang tidak akan diulangi dengan dosa lagi. Terkadang tobat tak dapat dicapai dengan sekali saja. Diceritakan bahwa seorang sufi sampai tujuh kali tobat, baru ia mencapai tingkat tobat yang sebnarnya. Tobat yang sebenarnya dalam pandangan sufi adalah lupa pada segala hal kecuali Allah. Orang yang tobat, kata al-Hujwiri, adalah orang yang cinta pada Allah. 

 

Wara’. Adalah mengandung arti menjuhi hal-hal yang tidak baik. Dalam pengertian shufi, wara’ adalah meninggalkan segala yang mengandung subhat atau keragu-raguan tentang halalnya sesuatu. Berbagai kisah shufi yang mau makan, kalau ia ragu tentang keadaan makanan yang disajikan baginya, apakah itu diperoleh dengan jalan halal tau tidak. Al-Muhasibi menolak segala makanan yang didalamnya terdapat subhat. Tangan Bishr Al-Hafi, tiap ada makanan yang didalamnya terdapat subhat tak dapat diulurkannya untuk mengambil makanan itu.

 

Faqir. Adalah tidak meminta lebih dari pada apa yang telah ada pada diri kita. Tida meminta rejeki kecuali hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban. Tidak meminta, sungguh pun taka da pada diri kita. Kalau diberi maka diterima. Tidak meminta, tetapi tidak menolak.

 

Sabar . Sabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah dalam menjauhi segala larangannya dan menerima segala yang ditimpakanNya. Sabar dalam menunggu pertolongan dari Tuhan.

 

Tawakal. Tawakal berarti menyerah kepada qada’ dan putusan dari Allah. Selamanya berada dalam keadaan tentram, jika mendapat pemberian berterima kasih, jika mendapat apa-apa bersikap sabar dan menyerah kepada qodo` dan qodar Allah. Tidak memikirkan hari esok, cukup dengan apa yang ada untuk hari ini. Tidak mau makan, karena ada orang yang lebih berhajat pada makanan dari padanya. Percaya pada janji Allah, menyerah kepada Allah dengan Allah dank arena Allah.

 

Ridho. Berarti tidak menentang qodo` dan qodar Allah. Menerima qodo` dan qodar dengan hati senang. Mengeluarkan perasaan senang dan gembira. Merasa senang menerima malapetaka sebagaimana merasa senang menerima nikmat. Tidak berusaha sebelum turunnya qodo` dan qodar, tidak merasa pahit dan sakit sesudah turunnya qodo` dan qodar, malah perasaan cinta bergelora di waktu turunnya bala` atau cobaan.

 

Mahabbah. Adalah cinta kepada Allah bagi kaum shufi, mahabbah itu terwujud dalam sikap patuh pada Tuhan dan benci pada sikap melawan kepada-Nya. Bukti bahwa seorang sufi itu cinta pada Allah adalah penyerahan total dirinya kepada yang dikasihi, yakni Allah. Seorang sufi mengosongkan hati dari segala sesuatu, kecuali pada yang dikasihi, yakni Allah.

 

Ma`rifat. Berarti mengetahui Allah dari dekat, sehingga hati sanubari dapat melihat Allah. Bagi kaum Shufi, jika mata yang terdapat dalam hati sanubari manusia terbuka, mata kepalanya akan tertutup, dan ketika itu yang dilihatnya hanya Allah. Ma’rifat adalah cermin, kalau seorang `arif melihat ke cermin itu, yang akan dilihatnya hanyalah Allah. Yang dilihat orang `arif baik sewaktu tidur maupun sewaktu bangun hanya Allah. Sekiranya ma`rifat mengambil bentuk materi, semua orang yang melihat padanya akan mati karena tak tahan melihat kecantikan serta keindahannya.


tagged;
berkenalan dengan tasawuf, tasawuf adalah, shufi adalah,  cara menentramkan hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar